POLA PERUBAHAN PENYAKIT
Pola kejadian penyakit saat ini sudah mengalami perubahan
yang di tandain dengan transisi Epidemiologi. Secara garis besar transisi
Epidemiologi adalah perubahan pola penyakit dan kematian yang semula di
dominasi oleh penyakit infeksi beralih ke penyakit non- infeksi/ penyakit tidak
menular. Perubahan pola penyakit sangat di pengaruhi oleh keadaan demografi
(pendididkan, umur, jenis kelamin ), sosial ekonomi (pendapatan pendududk),
sosial budaya (adat istiadat).
- Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun (lihat grafik gambar 1). Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut dan tak akan tahu akan sampai kaoan fenomena ini bisa berhenti.
Gambar 1 :Distribusi penyebab kematian menurut kelompok
penyakit di Indonesia, SKRT 1995, SKRT 2001, Riskesdas 2007
Sumber : Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa selama tahun 1995
hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya
dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami
peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5%, sedangkan gangguan
maternal/perinatal dan kasus cedera relatif stabil.
Menurut profil PTM WHO tahun 2011, di Indonesia tahun 2008
terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM5.
Saat ini di Indonesia, data morbiditas penyakit dari
fasilitas kesehatan dikumpulkan dari puskesmas dan rumah sakit. Karena
penegakan diagnosis PTM di rumah sakit relatif lebih valid, maka analisis PTM
dilakukan terhadap data rumah sakit.
Data analisis diperoleh dari laporan rumah sakit melalui
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) edisi 2010 dan 2011 (data 2009 dan data
2010) yaitu RL2B (Rawat Jalan) dan RL2A (Rawat Inap), yang merupakan laporan
rumah sakit langsung ke Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
Kesehatan. Data tahun 2009-2010 diperoleh dari publikasi data mentah SIRS edisi
2010-2011.
Pelaporan RL2A (rawat inap) pada tahun 2009-2010 masih
rendah yaitu secara nasional hanya 29,2% pada tahun 2009, kemudian turun
menjadi 24,63% pada tahun 2010 rumah Sakit yang mengirim laporan. Begitu juga
halnya dengan laporan RL2B (rawat jalan) laporannya dari tahun 2009-2010 masih
rendah yaitu 28,37% pada tahun 2009, turun menjadi 26,29% pada tahun 2010 rumah
Sakit yang mengirim laporan.
Berdasarkan provinsi, tahun 2009, provinsi dengan rumah
sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A adalah Provinsi Gorontalo dan RL2B
adalah Provinsi Gorontalo dan Papua. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor
untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Papua, Sulawesi Selatan dan Bengkulu
sedangkan jumlah rumah sakit yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi
Selatan, Bengkulu dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor
untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan Sulawesi
Barat, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah
Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan DKI Jakarta. Sedangkan untuk tahun 2010,
provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A yaitu Provinsi Gorontalo
dan Papua Barat sedangkan rumah sakit yang tidak melapor RL2B adalah Provinsi
Papua Barat. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A
adalah Provinsi Maluku Utara, Banten dan Papua sedangkan jumlah rumah sakit
tersedikit yang melapor RL2B adalah Provinsi Papua, Banten dan Maluku Utara.
Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan
untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
- Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan di Indonesia, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2: Persentase Rawat Jalan Kasus Baru Penyakit Tidak
Menular Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 –
2010
Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Gambar ini menggambarkan tingkat kefatalan menyebabkan
kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) untuk PTM prioritas yang
dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) dari tahun 2009-2010. Tampak pada tahun 2009, Strok merupakan
penyakit dengan CFR tertinggi (12,68%) diikuti oleh penyakit Jantung (9,17%), sedangkan
tahun 2010 Strok dan penyakit Jantung menempati urutan teratas (8,7%). CFR yang
meningkat adalah Asma, Hipertensi dan Kanker. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung,
Diabetes Melitus persentasenya menurun dari tahun 2009-2010 yang lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
elatan dan Bengkulu
sedangkan jumlah rumah sakit yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi
Selatan, Bengkulu dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor
untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan Sulawesi
Barat, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah
Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan DKI Jakarta. Sedangkan untuk tahun 2010,
provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A yaitu Provinsi Gorontalo
dan Papua Barat sedangkan rumah sakit yang tidak melapor RL2B adalah Provinsi
Papua Barat. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A
adalah Provinsi Maluku Utara, Banten dan Papua sedangkan jumlah rumah sakit
tersedikit yang melapor RL2B adalah Provinsi Papua, Banten dan Maluku Utara.
Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan
untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
- Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan di Indonesia, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 3 : Tingkat Kefatalan (CFR) Penyakit Tidak Menular
Prioritas Pada Rawat Inap Rumah Sakit Tahun 2009-2010
Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang bersifat tidak
menular, kronis (menahun), timbul karena semakin menurunnya (kemunduran)
kondisi dan fungsi organ tubuh seiring dengan proses penuaan. Ada sekitar 50
penyakit degeneratif, antara lain: penyakit jantung dan pembuluh darah
(hipertensi, jantung, stroke), endokrin (diabetes mellitus, thyroid, kekurangan
nutrisi, hiperkolesterol), neoplasma (tumor jinak, tumor ganas), osteophorosis,
gangguan pencernaan (konstipasi, wasir, kanker usus), dan kegemukan.
yang
meningkat adalah Asma, Hipertensi dan Kanker. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung,
Diabetes Melitus persentasenya menurun dari tahun 2009-2010 yang lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
elatan dan Bengkulu
sedangkan jumlah rumah sakit yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi
Selatan, Bengkulu dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor
untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan Sulawesi
Barat, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah
Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan DKI Jakarta. Sedangkan untuk tahun 2010,
provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A yaitu Provinsi Gorontalo
dan Papua Barat sedangkan rumah sakit yang tidak melapor RL2B adalah Provinsi
Papua Barat. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A
adalah Provinsi Maluku Utara, Banten dan Papua sedangkan jumlah rumah sakit
tersedikit yang melapor RL2B adalah Provinsi Papua, Banten dan Maluku Utara.
Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan
untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
- Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan di Indonesia, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Presentasi Kematian Penyakit Degeneratif ≥ 15 Tahun Berdasarkan Penyakit
ENMD, DCS, dan Non (ENMD+DCS)
Gambar 5. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD dan DCS
individu usia ≥ 15 tahun,
menurut umur saat meninggal
- Perempuan lebih banyak terdapat pada kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCS. Usia 40–60 tahun merupakan masa krisis bagi perempuan. Pada usia ini perempuan biasanya sedang mencapai puncak karir, dan justru pada masa tersebut mereka akan mengalami menopause (usia 45–55 tahun). Kondisi menopouse dapat menurunkan produksi hormon wanita (estrogen dan progesteron). Dengan penurunannya, maka distribusi lemak tubuh mulai terganggu. Penimbunan lemak yang tidak terdistribusi dengan baik akan memengaruhi metabolisme tubuh. Bila proses ini diikuti dengan pola makan, gaya hidup, dan aktivitas tidak sehat secara berkepanjangan, maka setelah usia 60 tahun individu akan rentan terhadap serangan penyakit degeneratif
Gambar 6. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD dan DCS
individu usia ≥ 15 tahun,
menurut jenis kelamin
- Tipe daerah pada kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCS banyak terdapat di perkotaan, karena kota merupakan daerah urban dengan berbagai permasalahannya. Faktor penting terjadi banyaknya kematian penyakit degeneratif di perkotaan sangat ditunjang dengan kebiasaan pola makan, gaya hidup, pola gerak yang salah serta faktor stres psiko-sosial yang cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar